Senin, 15 Oktober 2012

Menjadi tuli, mampu meraih Mimpi

Kisah Si Katak Tuli



[- Demak, 15.25 -]

Masih ingat kisah si katak tuli yang berhasil keluar dari lubang yang dalam? Ada baiknya kita menyimak kembali kisahnya. Diceritakan ada tiga ekor katak yang terjerembab masuk ke dalam lubang yang sangat dalam. Para katak yang lain sudah berupaya menolong mereka, namun gagal. Kini tinggallah ketiga katak itu menemui nasibnya.

Awalnya, ketiga katak yang sudah tak lagi berharap pertolongan teman-temannya itu berusaha melompat sekuat tenaga. Namun, upaya ketiganya sama sekali tak membuahkan hasil. Samar-samar terdengar kata-kata pesimis dari para katak yang ada di atas. Bahkan beberapa di antaranya bernada vonis, bahwa mereka pasti mati jika memaksakan diri.

Mendengar hal itu, dua katak yang tadinya ngotot akhirnya menyerah. Mereka terlihat dalam kondisi yang sangat lemah, seolah-olah membenarkan teriakan para katak yang ada di atas, bahwa mereka sebentar lagi akan mati. Kondisi sebaliknya justru terlihat pada satu katak yang lainnya. Dia terlihat begitu bersemangat untuk terus melompat. Seolah-olah dia yakin 100 % bisa selamat. Dan setelah beberapa lama, akhirnya katak itu pun berhasil menggapai bibir lubang. Dan benar saja, selamat lah ia.
Apa yang membuatnya berhasil ? Sesampainya di atas, dia pun langsung bersalaman dengan semua katak sambil tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih. Terima kasih untuk apa ? bukankah mereka tidak banyak berbuat ? bahkan sebagian besar dari mereka meneriakkan kata-kata pesimis dan cemoohan ? Ya. benar. Dan itu lah faktanya. Fakta lainnya, ternyata katak itu tuli. Dan bagi seekor katak yang tuli, apa yang terbaca dari gerak bibir dan raut muka para katak itu justru berkata sebaliknya. Dari hasil visualisasinya, si katak menerjemahkan, bahwa mereka meneriakkan yel-yel penyemangat yang sangat-sangat heroik. Dan itulah yang membuat semangat si katak untuk terus melompat semakin dahsyat, hingga mampu menyelamatkan jiwanya.

Apa hikmah dari kisah di atas ? Hikmahnya adalah, apa yang kita dengar, ternyata bisa "membunuh" kita dan membuat kita tak berdaya. Dan itu adalah kata-kata negatif yang bisa jadi berseliweran di sekitar kita. Setiap hari. Entah dari ucapan langsung, status teman di jejaring sosial, sms, berita di media, atau kasak kusuk yang tak jelas muasalnya. Bahkan bisa jadi muncul dari pikiran negatif kita sendiri.

Seorang motivator dalam sebuah sesi yang kebetulan pernah saya ikuti berujar. Apa yang kita makan akan berpengaruh terhadap kondisi fisik kita. Jika kita selalu mengkonsumsi makanan yang sehat, halal lagi baik, serta memperhatikan cara pengolahannya, tentu tubuh kita akan sehat dan terhindar dari penyakit. Begitu pun sebaliknya.

Hal yang sama berlaku pula untuk pikiran kita. Setiap hari, ada ribuan informasi yang berpotensi bisa merusak pikiran kita, bahkan kepribadian kita. Dan itu tidak akan terjadi, jika kita mampu memfilter, dan mengolah informasi itu sedemikian rupa, sehingga menjadi benar-benar matang, steril dan sehat untuk pikiran kita.

Agak ribet memang. Dan biasanya, justru kadang kita sering terpancing untuk larut dalam isu, perdebatan, maupun polemik yang tak jelas jluntrungannya. Kita tidak sadar, bahwa apa yang kita telan mentah-mentah bisa mengotori pikiran kita. Dan kotoran itu lah yang membuat kita tidak mampu berfikir secara jernih.

Ada banyak bahan positif yang bisa kita konsumsi di luar sana. Bahan-bahan itu yang akan membangun jiwa kita, mendewasakan kita, menginspirasi kita, dan lebih mendekatkan kita pada hakikat dan tujusn hidup kita. Itulah yang sejatinya kita cari dan kita reguk.

Namun semuanya kembali kepada kita. Karena kita lah yang diberi kepercayaan penuh oleh Tuhan untuk menentukan mana yang terbaik untuk pikiran kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar