Kisah Si Katak Tuli
[- Demak, 15.25 -]
Masih ingat kisah si katak tuli yang berhasil
keluar dari lubang yang dalam? Ada baiknya kita menyimak kembali kisahnya.
Diceritakan ada tiga ekor katak yang terjerembab masuk ke dalam lubang yang
sangat dalam. Para katak yang lain sudah berupaya menolong mereka, namun gagal.
Kini tinggallah ketiga katak itu menemui nasibnya.
Awalnya, ketiga katak yang sudah tak lagi
berharap pertolongan teman-temannya itu berusaha melompat sekuat tenaga. Namun,
upaya ketiganya sama sekali tak membuahkan hasil. Samar-samar terdengar
kata-kata pesimis dari para katak yang ada di atas. Bahkan beberapa di antaranya
bernada vonis, bahwa mereka pasti mati jika memaksakan diri.
Mendengar hal itu, dua katak yang tadinya
ngotot akhirnya menyerah. Mereka terlihat dalam kondisi yang sangat lemah,
seolah-olah membenarkan teriakan para katak yang ada di atas, bahwa mereka
sebentar lagi akan mati. Kondisi sebaliknya justru terlihat pada satu katak yang
lainnya. Dia terlihat begitu bersemangat untuk terus melompat. Seolah-olah dia
yakin 100 % bisa selamat. Dan setelah beberapa lama, akhirnya katak itu pun
berhasil menggapai bibir lubang. Dan benar saja, selamat lah ia.
Apa hikmah dari kisah di atas ? Hikmahnya
adalah, apa yang kita dengar, ternyata bisa "membunuh" kita dan membuat kita tak
berdaya. Dan itu adalah kata-kata negatif yang bisa jadi berseliweran di sekitar
kita. Setiap hari. Entah dari ucapan langsung, status teman di jejaring sosial,
sms, berita di media, atau kasak kusuk yang tak jelas muasalnya. Bahkan bisa
jadi muncul dari pikiran negatif kita sendiri.
Seorang motivator dalam sebuah sesi yang
kebetulan pernah saya ikuti berujar. Apa yang kita makan akan berpengaruh
terhadap kondisi fisik kita. Jika kita selalu mengkonsumsi makanan yang sehat,
halal lagi baik, serta memperhatikan cara pengolahannya, tentu tubuh kita akan
sehat dan terhindar dari penyakit. Begitu pun sebaliknya.
Hal yang sama berlaku pula untuk pikiran kita.
Setiap hari, ada ribuan informasi yang berpotensi bisa merusak pikiran kita,
bahkan kepribadian kita. Dan itu tidak akan terjadi, jika kita mampu memfilter,
dan mengolah informasi itu sedemikian rupa, sehingga menjadi benar-benar matang,
steril dan sehat untuk pikiran kita.
Agak ribet memang. Dan biasanya, justru kadang
kita sering terpancing untuk larut dalam isu, perdebatan, maupun polemik yang
tak jelas jluntrungannya. Kita tidak sadar, bahwa apa yang kita telan
mentah-mentah bisa mengotori pikiran kita. Dan kotoran itu lah yang membuat kita
tidak mampu berfikir secara jernih.
Ada banyak bahan positif yang bisa kita
konsumsi di luar sana. Bahan-bahan itu yang akan membangun jiwa kita,
mendewasakan kita, menginspirasi kita, dan lebih mendekatkan kita pada hakikat
dan tujusn hidup kita. Itulah yang sejatinya kita cari dan kita reguk.
Namun semuanya kembali kepada kita. Karena kita
lah yang diberi kepercayaan penuh oleh Tuhan untuk menentukan mana yang terbaik
untuk pikiran kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar